Cara Menetapkan Metode Sampling Military Standard

Halo semua.. dah lama banget gak update blog ini..
Kali ini saya membahas tentang penetapan metode sampling Military Standar, berhubung banyak dari rekan rekan kerja yang bertanya tentang cara membuat metode sampling untuk acceptance sampling terutama di bagian Product Development. Metode sampling sangat banyak dan beragam, tapi metode military standar ini yang paling banyak digunakan untuk acceptance sampling.



 



Langkah pembuatan Sistem Sampling MIL STD :

Pertama : kita tentukan parameter yg mau diperiksa beserta resikonya
Kedua : Menentukan Ukuran Lot
Ketiga : menentukan AQL nya : bisa berdasarkan kategori resiko atau kesepakatan dengan supplier (untuk bahan baku).
Keempat : menentukan jumlah sample. Dengan cara



1. Menentukan Tingkat pengawasan / Inspection Level : Tingkat pengawasan akan menentukan jumlah sample yg harus diambil dalam satu Lot.  Ada dua yaitu spesial atau umum

Spesial :
digunakan jika biaya yg dikeluarkan cukup mahal karena kita harus merusak produk atau karena biaya pengujian atau karena lamanya waktu pengujian. Spesial ada 4, S1,S2,S3, dan S4. ditentukan berdasarkan seberapa mahal biayanya. semakin besar nilai S nya semakin banyak jumlah sample nya. berarti kalu pemeriksaannya merusak produk dan biayanya sangat mahal bisa menggunakan Spesial S1 atau S2.

Umum (Gerneral )
terdiri atas
Level I : JIka biaya pengawasan relatif tinggi
Level II : ini kalau kasusnya normal atau supplier baru (bahan baku) atau lini baru (FG)
Level III : Kalau Biaya Pengawasannya murah dan proses pengawasannya mudah dilakukan secara teknis.

Semakin tinggi levelnya maka akan semakin banyak jumlah sample yg diperiksa



2. Menentukan Sifat Pengawasan : Sifat pengawasan ada tiga, yaitu longgar, normal, dan diperketat.
           
Longgar :
Dipakai jika sejarah kualitas bahan baku dari supplier baik dan jarang melakukan kesalahan. atau sejarah mesin dan proses produksi baik, jarang ada permasalahan terhadap produk. Hal ini dapat dilihat dari data history produksi.

Normal :
Untuk supplier yang memiliki riwayat kualitas sedang sedang saja atau untuk supplier baru (jika diterapkan u/ penerimaan bahn baku). Untuk lini produksi baru juga bisa menggunakan Sifat Pengawasan Normal.

Diperketat :
Jika supplier bahan baku/kemas memiliki riwayat yang buruk. atau jika kualitas mesin tidak konsisten  atau jika produk yg dihasilkan sering mengalami penyimpangan.

Nah sifat pengawasan ini bisa berpindah pindah, misalkan dari normal ke Longgar atau sebaliknya dari longgar ke Normal. Tapi ada syaratnya :

1.Pengawasan normal menjadi longgar apabila :


a. Tidak terjadi penolakan selama 10 kali berturut-turut.
b. Keadaan penerimaan yang mantap (tidak ada masalah material, mesin dsb dari suppplier pada akhir-akhir ini).
c. Telah mendapat persetujuan pic dari bagian yang bertanggungjawab.
d. Total penolakan (10 lot terakhir) maksimal sesuai bilangan batas untuk pengurangan pemeriksaan. (Tabel V A di Hal 33 Table Military Standar)

2.Pengawasan normal ke ketat apabila :


Apabila dalam pengawasan normal terjadi 2 sampai 5 kali berturut-turut mengalami penolakan karena kesalahan yang fatal.


3.Pengawasan ketat ke normal apabila : 


Setelah 5 kali berturut-urut lot diterima tanpa penolakan.


4.Penghapusan / Penghentian Pengawasan :

Apabila pengawasan ketat sudah dilaksanakan selama 10 lot berurutan, sehingga part dari supplier tidak dapat diterima lagi dan supplier dianjurkan memperbaiki tingkat kualitas produksinya.
3. Menentukan Perencanaan Sampling : Berkaitan dengan cara pemberian keputusan diterima atau ditolak
Jenis Perencanaan Sampling ada 3 yaitu :

1. Sampling Single / Tunggal : 


Apabila banyaknya reject maksimal sesuai dengan angka penerimaan (Ac /Accepted) maka lot diterima, tetapi apabila banyaknya reject minimal sesuai dengan angka penolakan (Re/ Rejected) maka lot ditolak.


2. Sampling Double / Ganda :


Apabila banyaknya reject yang terjadi pada pengambilan tahap pertama diatas angka penerimaan (Ac) tetapi dibawah angka penolakan (Re), maka sample kedua diperlukan sebelum lot dapat diputuskan.

Keputusan untuk sample kedua adalah sebagai berikut :


Apabila reject akumulatif sample pertama dan kedua maksimal sesuai dengan angka peneriman (Ac), maka lot diterima, tetapi apabila minimal sesuai dengan angka penolakan (Re) maka lot ditolak.


3. Sampling Multiple / bertingkat :



Merupakan perluasan dari sampling ganda, yaitu sampai pengambilan sample ketujuh baru bisa diputuskan untuk penerimaan atau penolakan lot. Hal ini memerlukan waktu, tenaga dan biaya pemeriksaan yang lebih disebabkan karena tahapannya lebih rumit jika dibandingkan dengan metode sampling double maupun sampling tunggal. Tujuan dilakukannya sampling multiple ini adalah pertimbangan psikologis semata untuk memastikan bahwa lot tersebut memang layak diterima atau memang harus ditolak.